بسم الله الرحمن الرحيم
وَأَقۡسَمُوا۟ بِٱللَّهِ جَهۡدَ أَیۡمَـٰنِهِمۡ لَىِٕن جَاۤءَهُمۡ نَذِیرࣱ لَّیَكُونُنَّ أَهۡدَىٰ مِنۡ إِحۡدَى ٱلۡأُمَمِۖ فَلَمَّا جَاۤءَهُمۡ نَذِیرࣱ مَّا زَادَهُمۡ إِلَّا نُفُورًا
Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sungguh-sungguh bahwa jika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk dari salah satu umat-umat (yang lain). Tetapi ketika pemberi peringatan datang kepada mereka, tidak menambah (apa-apa) kepada mereka, bahkan semakin jauh mereka dari (kebenaran)
(Surah Fāṭir: 42)
Berdasarkan ayat ini bersumpahnya yang benar ialah dengan nama Allah (Wallahi, billahi, atau tallahi), bukan dengan "cius, demi bintang, demi matahari, demi bayangan atau selainnya"
Sesuai sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم dari sahabat yang mulia Abdullah bin Umar رضي الله عنهما;
مَنْ كَانَ حَالِفًا فَلْيَحْلِفْ بِاللَّهِ أَوْ لِيَصْمُتْ
"Barang siapa yang bersumpah hendaklah dia bersumpah atas nama Allah atau kalau tidak, lebih baik diam".
(H.R Al Bukhori No.2679)
Tangerang, 23 Desember 2024
-Muzakir Ramadhan-

Tidak ada komentar:
Posting Komentar